Flutter Vs. React Native


Pengembangan aplikasi mobile telah mencapai tingkat popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada tahun 2023, Statistik menyebutkan terdapat 6,3 miliar pengguna. Didorong oleh permintaan yang terus meningkat akan aplikasi yang inovatif dan efisien, menjadikan peluang bagi para developer untuk menciptakan aplikasi yang impactful dan useful sangatlah besar.

Sebagai mobile developer, dengan menyadari lonjakan permintaan ini dan kemungkinan besar sedang menjajaki opsi-opsi untuk mengembangkan aplikasi yang dapat berjalan dengan mulus di platform iOS dan Android. Di sinilah pengembangan cross-platform berperan.

Apa Itu Cross Platform?

Membuat sebuah aplikasi yang dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi seperti iOS dan Android dikenal sebagai pengembangan cross-platform. Contoh dari ini adalah Flutter dan React Native. Flutter merupakan kerangka kerja pengembangan aplikasi mobile open source yang dikembangkan oleh Google. Ini memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi mobile untuk Android dan iOS menggunakan satu kode sumber. Berbeda dengan itu, React Native adalah kerangka kerja pengembangan aplikasi mobile open source yang dikembangkan oleh Facebook. Kerangka kerja ini juga memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi mobile native untuk Android dan iOS menggunakan satu kode sumber.

Pada dasarnya ada dua pendekatan untuk pengembangan lintas platform:

  1. Pengembangan Hybrid 

Pendekatan ini dikenal karena kemampuannya untuk menghemat waktu dan biaya pengembangan. Framework seperti Flutter dan React Native adalah contoh untuk pengembangan hybrid.

  1. Pengembangan Native

Pendekatan ini memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi yang dapat memanfaatkan sepenuhnya kemampuan dan kinerja asli setiap platform. Meskipun menawarkan kinerja maksimum dan akses ke fitur-fitur khusus platform, pendekatan ini sering kali memiliki siklus pengembangan yang lebih panjang dan biaya yang lebih tinggi karena kebutuhan akan tim pengembangan yang terpisah.

Flutter dan React Native: Framework Cross-Platform

Flutter

Flutter diperkenalkan ke dunia oleh Google pada tahun 2017, dan telah mengalami perkembangan pesat sejak saat itu. Flutter membedakan dirinya dengan menggunakan Dart sebagai bahasa pemrogramannya, menawarkan pendekatan yang unik untuk pengembangan lintas platform. Flutter sering kali dikenal karena fitur-fiturnya yang ramah pengembang yang merampingkan proses pengembangan dan membuatnya menyenangkan.

Flutter mengambil pendekatan yang unik untuk pengembangan lintas platform. Flutter menggunakan bahasa yang dikompilasi, Dart, dan dilengkapi dengan mesin rendering sendiri. Begini cara kerjanya:

  • UI Berbasis Widget: Flutter menggunakan pendekatan berbasis widget untuk membuat antarmuka pengguna. Semuanya adalah widget, mulai dari tombol hingga komponen tata letak. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dan penyesuaian yang tinggi.
  • Rendering Engine: Flutter has its rendering engine called Skia, which draws every pixel on the screen. This approach provides consistency in UI across different platforms.
  • Ahead-of-Time (AOT) Compilation: Kode Dart dalam Flutter dikompilasi ke kode ARM asli, sehingga menghasilkan performa tinggi dan eksekusi yang cepat.
  • Hot Reload: Salah satu fitur unggulan Flutter adalah “Hot Reload,” yang memungkinkan pengembang untuk langsung melihat efek dari perubahan kode mereka tanpa harus memulai ulang seluruh aplikasi.

React Native

Sejak rilis pertamanya pada tahun 2015 yang dibuat oleh Facebook, React Native adalah salah satu pelopor dalam pengembangan aplikasi cross-platform. React Native juga menawarkan pengalaman pengembangan yang menyenangkan. React Native memanfaatkan JavaScript, bahasa yang dikenal luas di kalangan pengembang, dan menawarkan beberapa keuntungan:

  • Komunitas yang besar: React Native memiliki komunitas pengembang yang luas dan aktif, yang berarti Anda dapat menemukan sumber daya yang luas, library, dan komponen pihak ketiga untuk meningkatkan pengembangan aplikasi Anda.
  • Reusability: React Native memungkinkan Anda untuk menggunakan kembali sebagian besar basis kode Anda antara iOS dan Android, menjadikannya pilihan yang hemat biaya untuk pengembangan lintas platform.
  • Native Modules:  React Native dapat mengintegrasikan modul-modul asli, memastikan bahwa pengembang memiliki akses ke fitur-fitur khusus platform dan mengoptimalkan kinerja.

Di sisi lain, React Native menggunakan JavaScript dan menjembatani untuk berinteraksi dengan modul-modul native. Berikut cara kerjanya:

  • JavaScript Bridge: React Native menggunakan jembatan JavaScript untuk berkomunikasi dengan modul-modul native. Hal ini memungkinkan pengembang untuk mengakses fitur-fitur khusus platform ketika dibutuhkan.
  • Components: React Native bergantung pada komponen-komponen yang disediakan oleh framework-nya, seperti View dan Text. Komponen-komponen ini dipetakan ke elemen UI asli, memastikan tampilan dan nuansa asli.
  • Just-in-Time (JIT) Compilation: Kode JavaScript ditafsirkan oleh JavaScript VM (Virtual Machine) selama pengembangan, yang dapat menyebabkan potensi kemacetan kinerja.

Kesimpulan

Flutter dan React Native keduanya menawarkan solusi yang kuat untuk pengembangan aplikasi mobile lintas platform, masing-masing dengan kelebihan dan pendekatannya sendiri. Flutter menawarkan performa tinggi dan fleksibilitas dalam penyesuaian UI melalui penggunaan Dart dan mesin renderingnya sendiri. Sementara itu, React Native menawarkan ekosistem yang matang dengan komunitas yang besar serta kemampuan untuk mengintegrasikan modul native, menjadikannya pilihan yang kuat untuk pengembangan yang cepat dan efisien. Pilihan antara kedua framework ini tergantung pada kebutuhan spesifik proyek dan preferensi tim pengembang.

Referensi:

https://cleancommit.io/blog

https://reactnative.dev

https://docs.flutter.dev