Intro to Lean Canvas


Apa itu Lean Canvas?

Lean Canvas Model merupakan solusi dalam membuat Business Model yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih ringkas. Model Bisnis ini didesign atas 9 kotak yang saling berikatan yang bertujuan memberikan manfaat bagi customer.

Tentunya, Lean Canvas memberikan kemudahan dalam menemukan segala bentuk informasi bisnis. Tidak hanya itu, Lean Canvas dapat membantu memecahkan ide bisnis agar ide tersebut lebih mudah dipahami.

Pada dasarnya, Lean Canvas merupakan penyempurnaan dari Business Model Canvas (BMC), dengan memfokuskan diri pada permasalahan, solusi, parameter kunci, nilai kompetitif, pengukuran risiko dan ketidakpastian bisnis. Dengan demikian, para pengusaha dapat secara jelas dan sederhana dalam menuangkan ide bisnis.

Lean canvas menyertakan faktor risiko dan ketidakpastian sehingga pebisnis menjadi lebih waspada tentang apa yang akan terjadi ke depan. Tiap komponen dalam lean canvas mewakili aspek utama yang diperlukan bisnis, antara lain seperti:

· Problem

Problem ialah masalah yang dirasakan oleh pelanggan sebelum, selama dan setelah menggunakan suatu produk. Kotak ini diisi pokok permasalahan yang dihadapi. pada umumnya, produk gagal disebabkan oleh minimnya pengetahuan pembisnis terhadap permasalahan dan target customer.

· Customer Segment

Customer Segement merupakan target pasar dalam menjual produk. Pada tahap ini, diperlukan teknik analisis demografi dari konsumen. Terdapat empat jenis customer segment, yaitu: Pasar masa, pasar ceruk, Tersegmentasi, dan Multi-Sieded.

· Unique Value Proposition

Unique Value Proposition merupakan penggabungan antara produk dan layanan untuk menciptakan nilai pelanggan spesifik. Produk ini bertujuan untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi kepada pelanggan. Tentunya proporsi nilai yang diberikan harus inovatif. Terdapat beberapa bentuk Unique Value Proposition, yaitu Sifat Produk yang Baru,Bisa Kustomisasi, Desain yang Superior, Best Value Price, pengurangan risiko, kemudahan dalam mengakses, dan kenyamanan serta kegunaan.

· Solution

Solution sebagai bentuk mengurangi permasalahan yang dirasakan oleh customer dalam menggunakan produk. pada tahap ini pembisnis perlu memberikan solusi terhadap customer dengan menggunakan metode wawancara dan survey.

· Unfair Advantage

Unfair Advantage merupakan keunggulan yang dimiliki pembisnis dan tidak dapat ditiru oleh kompetitor. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat menonjolkan keunggulanya tersebut.

· Revenue Streams

Bagian ini sebagai bentuk analisa sumber penerimaan kas bisnis yang akan dijalankan. dengan mempertimbangkan penentuan harga produk. Namun, perlu diketahui terlebih dahulu cost of goods sold.

· Cost Structures

Pada komponen ini, pembisnis menganalisa sumber pengeluaran kas. Biaya yang dimaksud seperti pengeluaran fixed cost maupun variable cost.

· Key Metrics

Komponen ini pembisnis menghitung parameter sejauh mana bisnis tersebut berjalan sesuai planning. Adapun cara menghitung kinerja bisnis tersebut, antara lain: Acquistion, Activation, Retention, Revenue dan Refferal.

· Channel

Channel merupakan media yang digunakan untuk menggapai pelanggan. Contoh dalam offline mengunakan direct selling, sales promotion, media cetak seperti banner, baligho. Dalam media online menggunakan tv commercial, media social (Youtube, Instagram, Facebook, dll), website, blog, google shopping, dan market place.

Untuk lebih memperjelas konsep membangun ide bisnis berbasis lean canvas, berikut merupakan contoh Ide Bisnis Lean canvas Amoeba :

Apa itu B2B dan B2C? Berbeda target pasar akan menentukan model bisnis sebuah startup. Setiap model bisnis memiliki karakternya masing-masing. Jika dilihat dari pasarnya, sedikitnya ada dua model bisnis yang sering dijumpai. Keduanya adalah B2B (Business to Business) dan B2C (Business to Consumer). Antara keduanya, perbedaan yang paling fundamental bisa dilihat dari segi pasar yang digarap.

B2B adalah model bisnis yang menyasar pasar atau market bisnis. Startup dengan model bisnis B2B mengembangkan produk atau jasa untuk kemudian dijual kepada pelaku bisnis atau perusahaan lain. Dalam banyak kasus, bisnis dengan model B2B justru lebih sering menjual barang mentah atau setengah jadi.

Di sisi lain, B2C adalah model bisnis yang target pasarnya masyarakat luas. Startup yang memiliki model bisnis B2C menjual langsung produknya kepada individu. Karena perbedaan pasar inilah, strategi marketing B2B otomatis juga berbeda.

Perbedaan Start up B2B dan B2C Garis besar perbedaan antara startup B2B dan B2C dapat dilihat dari target pasarnya. Namun jika diurai, ada beberapa unsur yang membedakan antara kedua jenis startup tersebut.

– Target Audiens

B2B dan B2C memiliki perbedaan mendasar dalam hal target audiens. B2B lebih menyasar ke para pelaku bisnis atau industri, di mana secara jumlah, prospek pasar untuk B2B cenderung lebih kecil karena sifatnya lebih spesifik. Sementara B2C lebih menyasar ke konsumen perorangan dan memiliki potensi pasar yang sangat besar karena menargetkan individu perorangan yang jumlahnya sangat banyak.

– Komunikasi

Berbeda target audiens juga menentukan perbedaan strategi marketing yang digunakan dalam memasarkan produk. Karena lebih menyasar para pelaku bisnis dan industri, komunikasi dalam B2B akan lebih cenderung edukatif dan informatif yang panjang tentang kualitas produk dan layanan juga portfolio. Hal ini disebabkan oleh proses pembelian untuk B2B yang melibatkan banyak pihak dan proses yang tidak pendek. Sementara untuk B2C lebih bersifat emosional karena proses pembelian lebih didominasi oleh keinginan, sehingga gaya komunikasi yang digunakan dalam B2C lebih kreatif, variatif dan cenderung pendek, serta mudah diingat, karena konsumen B2C yang merupakan individu atau perorangan.

– Return on Investment (ROI)

Perusahaan dan masyarakat umum memiliki atensi berbeda saat memutuskan untuk membeli suatu produk atau menggunakan layanan tertentu. Bagi perusahaan, pembelian produk atau jasa pada dasarnya adalah investasi. Mereka melakukannya karena ingin meningkatkan revenue, menekan cost atau meningkatkan kepuasan pelanggan. Di sisi lain, consumer atau masyarakat umumnya membeli karena alasan-alasan yang lebih sederhana, misalnya saja seperti karena produk tersebut terlihat menarik atau karena ingin merasakan pengalaman baru. Jadi pada dasarnya, tidak ada istilah ROI dalam pembelian yang dilakukan oleh consumer individu.

– Decision Making Process

Pengambilan keputusan pembelian pada perusahaan umumnya bersifat logis dan membutuhkan proses yang cukup panjang. Dalam melakukan pembelian, dibutuhkan persetujuan dari stakeholder. Berbeda dengan perusahaan, pembelian yang dilakukan oleh individu justru lebih sering bersifat impulsif. Keputusan lebih cepat diambil. Kalaupun perlu berkonsultasi, pihak yang diajak berdiskusi biasanya ada di lingkaran keluarga atau pertemanan.

– Sales Cycle

Siklus penjualan B2B biasanya membutuhkan waktu yang lama. Ada banyak pertimbangan di sana. Sebaliknya, sales cycle B2C umumnya jauh lebih singkat dengan pertimbangan yang lebih minimal.

Untuk lebih memperjelas konsep membangun ide bisnis berbasis lean canvas pada perusahaan B2B & B2C, berikut merupakan contoh Ide Bisnis Gojek berbasis Lean Canvas :

Contoh Lean Canvas saat “Gojek” masih bergerak dibidang B2C saja :

Contoh Lean Canvas saat “Gojek” Mulai bergerak dibidang B2B juga :

Unfair Advantage

Source : Emir Kharismar, Membangun Ide Bisnis Berbasis Lean Canvas, Entrepreneurship Development Centre, diakses melalui https://edctsm.com/membangun-ide-bisnis-berbasis-lean-canvas/ pada tanggal 14 Febuari 2022